Fasilitator: Muchlis Anwar ( www.muchlisanwar.blogspot.com )
Tempat: Islamic Book Fair 2013
Ø
Dibandingkan dengan fasilitator, guru (yang
sudah) mengajar 5 tahun setiap hari, lebih banyak memiliki pengalaman melakukan
public speaking di depan para murid. Kenapa masih harus datang jauh-jauh
belajar public speaking ke sini?
Ø
Peserta: “Kita Hadir di sini untuk belajar,
walapun sudah belajar. Belajar bagaimana cara berkomunikasi yang hebat
Ø
Ingat, ‘apa yang dibicarakan, itulah yang
dilakukan’.
Ø
Bandingkan, ketika kita mengajar teman,
mempresentasikan skripsi di depan dosen. Atmosfer dan emosinya berbeda ketika
audiencenya bukan lagi murid. Mengapa?
(ketika fasilitator bertanya,
peserta pada diam dan tidak menjawab. Padahal isinya sebagian besar guru
dan juga calon guru :p)
Ø
Tanpa kita sadari, kita menilai ‘audience’.
Makanya, kalau ngajar depan walikota atau presiden bisa pingsan.
Ø
Perlu diingat, “Mereka belum tentu ‘public
speakingnya bagus, kebetulan saja kita berbicara di depan orang yang lebih
dihormati.
Ø
Ketika berbicara di depan, suara kita harus
“Loud and Clear”.
Ø
Katanya ini merupakan data valid
ketika seorang fasilitator mendapatkan respond dan perhatian dari audience nya.
Ternyata hanya sebuah mitos. Ada fasilitator yang hanya duduk berbicara,
audience akan fokus dan mendengar.
Ø
Rasul allah adalah seorang komunikator yang
handal.
Ø
Jangan terlalu sering berhenti dan mengatakan
“aaa..” , “eee..” , “emmm..”.
Ø
Unsur-unsur yang diperlukan dalam public
speaking:
1. Intonasi
2. Tingkat kecepatan berbicara
3. Bahasa Tubuh
4. … (menguasai materi ?)
Ø
Ada tidak orang yang marah tanpa intonasi? (ada,
temen sekelas saya di UNJ :p)
Ø
Ingat, ‘Ketika kita sedang berbicara di depan,
kita sedang memerankan sesuatu’.
Ø
Lakukanlah cara berbicara yang berbeda pada
setiap pertemuan.
Ø
“Lakukan sesuatu yang biasa, dengan mengharapkan
hasil yang berbeda adalah GILA”, kata Albert Einstein.
Ø
Contohlah teladan yang bisa kita tiru, yaitu
Rasul Allah.
Ø
Expresi itu harus diubah-ubah. (jangan contoh
Pr*sid*n :p)
Ø
Persiapan:
1.
Sebelum bicara, ingat “SIAPKAN EMOSI” . (contoh
ka G***** marah. Scary =___=””)
2.
Ekspresi untuk intonasi.
·
3 hal penting dalam intonasi:
i.
Kekuatan pesan yang ingin di sampaikan.
ii.
Tidak membosankan
iii.
Bukti menguasai materi
3.
Meyakinkan dalam mengajar.
Tidak hanya sekedar intonasi. Ada saatnya kita harus berbicara cepat.
Ø
Apakah berbicara berhubungan dengan imajinasi?
Dengan otak? Dengan ‘acting’? bagaimana solusinya? TERUS BELAJAR.
Ø
Cara bicara orang radio -> cari kaset pak
SOEKARNO di Yogya.
Ø
Public Speaking:
1.
Opening dengan kesan yang bagus
2.
Proses speaking yang menyenangkan
3.
Closing yang tidak terlupakan
Ø
Beberapa hal yang penting dalam presentasi:
1.
Berwawasana luas.
§ Banyak baca
§ Banyak baca
§
Banyak dengar
§
Banyak liat
§
Banyak gaul
2.
Kemampuan berkomunikasi:
§
Bagaimana cara berkomunikasi
§
Bicara dengan penuh keyakinan dan benar
3.
Eye contact:
§
Tatapan yang tulus
§
Jangan merasa lebih hebat
4.
Jeda
“Bapak ibu sekalian… MARILAH.. kita … (lalala yeye yeye)
Ø
Yang membuat pembicara beda dengan yang lain:
1.
KARAKTER
§
Hari ini ngomong A, sampai mati ngomong A.
§
Kita harus sabar.. ketika nyuruh sabar.
§
Orang hebat punya karakter. (Soekarno, Gandhi,
Rasul Allah, PAPA :3)
2.
Life is Ability
§
Jadilah orang yang menyayangi orang lain.
3.
Responsibility
§
Ngajarin orang, harus tanggung jawab. Tanggung jawab dengan apa yang telah diajarkan
Ø
The Fundamental Problem of Presentation
1.
Tidak punya goal setting yang jelas
2.
Subject understanding, harus belajar
3.
Live preparation
4.
No audience identification
5.
Jangan overload information. Stay focus.
6.
Presentation technique
§
Kreativitas
§
Analogi
§
Story telling
§
Joke
§
Involve audience
7.
Facilities and atmosphere.
Story:
Ke IBF bareng sama Ayu, Dian, dan Uta. Sebenernya si Uta ada
kuliah jam 1. Tapi, seminar baru selesai jam 12. Alhasil, kita propagandain Uta
biar ga ikut kuliah. Kuliah apa? Tidak bisa menyebutkan merek :p. Galau tuh dia
dari mulai seminar sampai selesai. Akhirnya dia memutuskan untuk tidak kuliah
(si Uta nakal yaa :D).
Ternyata eh ternyata, kelas jam 1 tersebut di tiadakan
karena sang dosen berhalangan hadir. Bahagialah kita semua dan mulai mencari –
cari jati diri novel incaran masing – masing. Setelah berpuluh-puluh novel
mereka beli, saya pun belum menemukan buku yang srek di hati. Sekalinya nemu,
harganya 200.00 rupiah lebih. Mak jleb =+=” . Seketika galau menyerang.
Oke tidak pantang menyerah. Iseng-iseng membelah diri dari
kawanan, masuk ke stand yang rada sepi, ternyata saya menemukan buku Sherlock
Holmes. Yaampuunn. Oke, sekali lagi stak di harga =__=”. Buku kecil dengan
harga 60.000 rupiah.
Kenapaaa T___________T”. padahal yang lain bisa beli novel
berpulu-puluh tapi totalnya berkisar 100.000 an. Tapi, demi penasarannya saya
yang sang seorang penggemar, di belilah buku itu. Dan bawa pulang 1 buku ke
kosan. Dibaca. Habis sehari. Tamat.
SAMPAIKAN KEKUATAN PESAN DENGAN INTONASI
wah ini udah berapa tahun lalu yaa. hehehe..terimakasih masih sempat nulis cerita liputannya.
ReplyDeleteEngga nyangka pak Muchlis bakalan komen >w<)// !! Sama2 pak Muchlis atas seminarnya + contoh2 yang udah dipraktekan hehe
Delete