Pagi itu aku ada janji dengan teman-temanku pergi menuju Perpustakaan Nasional pukul setengah 8 pagi. Kami janjian untuk berkumpul terlebih dahulu di kosan tempatku menetap di Jakarta. Aku telat berangkat dari rumah karena ku pikir jam di rumahku sudah menunjukan waktu dengan tepat. Akibatnya, aku baru berangkat dari rumah pukul setengah 8 menggunakan kereta.
Aku menaiki kereta Lansam, jurusan Rangkasbelitung - Kota, via Tanah Abang. Sebut saja kereta ekonomi yang lewat stasiun Tanah Abang. Seperti kebanyakan kereta ekonomi lainnya, pada pagi harinya kereta ini penuh sesak dengan penumpang yang memiliki tujuan yang hampir sama satu sama lain, yaitu stasiun Tanah Abang. Jangan berharap bisa duduk tenang ataupun bisa tidur pulas.
Akupun berdiri berdempet dengan para pengguna kereta lain. Sesak dibuatnya ketika kereta berhenti di suatu peron stasiun. Ketika aku mencoba untuk tidak menubruk dan membuat yang lain merasa terjepit. Tapi, malah sebaliknya. Mereka membiarkan tubuh mereka terhempas kesana-kemari saling menjepit dan bersandar.
Huft.. harus tahan.
Sedikit lega rasanya ketika beberapa dari para penumpang turun lebih dahulu ke stasiun tujuan mereka yang membuat penuh sesak kereta berangsur-angsur kurang. Tentu saja mataku seketika sigap mencari bangku kosong untuk ku duduki sampai akhir stasiun tujuanku. Tapi, sekali lagi hanya harapan. Tak ada yang kosong, kecuali satu. Itupun diduduki oleh pria bertubuh besar dan menduduki bangku berjatah dua orang. Spontan aku mencari aman dan bertahan semoga tubuhku tidak jatuh saat itu juga.
Ditengah rasa kesalku, aku merasa ada yang tatapan yang terus mengamatiku. Aku biarkan saja karena sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan aneh selama ini.
Lho! Aku menarik tanganku dengan cepat karena merasa ada yang mencolekku, tentu saja dengan sengaja. Kaget dan takut. Tapi, itu hanya sekejap saja. Aku menengok dan melihat anak perempuan manis berjilbab menatapku. Lalu dia sigap menunjukan kepadaku bangku kosong yang berada di depannya, yaitu bangku yang tadi ingin aku duduki. Agak ragu dan tak ingin kesana. Tapi, melihat wajah polos memelasnya seakan mengatakan silahkan, membuat tekadku bulat untuk mengatakan permisi kepada pria besar tadi. Awalnya ia tak menyingkir. Namun, kusodorakan kata permisiku dan tas beratku yang mungkin mengenai pundaknya. Terima kasih yaa allah, ia menyingkir walau hanya sedikit.
Kuhembuskan nafas lelah dan dengan susah payah memindahkan tas gendongku menuju pangkuanku. Lagi-lagi ada tatapan yang tak berani kutengoki. Namun, sepertinya aku tau apa maksud tatapan yang ada di sudut mati sebelah kanan mataku. Seperti orang-orang di hadapanku yang melihatku yang mungkin penuh dengan penyesalan atau rasa iba. Entahlah. Aku tidak tahu isi pikiran mereka.
Aku memberanikan diri untuk menengok ke tatapan yang dari tadi terus menatapku. Pemilik tatapan tersebut ternyata adalah tatapan anak perempuan tadi. Oh, dia pergi bersama ibunya. Lalu di sebelahnya ada pria yang melihatku namun membuang mukanya dengan panik setelahnya. Tatapanku kembali ke anak perempuan tadi.
...
Beberapa detik wajah kami saling pandang. Aku senyum padanya. Bagiku itu senyum paksa ucapan terima kasih. Dia membalas senyum balik padaku. Senyumnya terlalu polos dan manis. Seakan dia telah menolong dunia. Senyum paitku berubah menjadi senyum bahagia. Aku meluruskan kepalaku tanpa sadar senyumku tadi masih melekat. Orang-orang disekitarku mungkin melihat kejadian itu.
Karena itu, kehidupan yang tadinya putih abu-abu, menjadi warna orange yang terang :) .
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Beranjaklah keluar dan tersenyumlah pada mentari. Katakan padanya 'aku ingin dunia bahagia hari ini'. Akan kubuat yang lain tersenyum. Membantu yang lain belajar senyum ikhlas yang manis"
Hari ini aku memberi kejutan tentang link perpustakaan baru pada teman-temanku. Syukurlah mereka senang :D
Oyasumi :)
Izzaty Amalia,
Aku menaiki kereta Lansam, jurusan Rangkasbelitung - Kota, via Tanah Abang. Sebut saja kereta ekonomi yang lewat stasiun Tanah Abang. Seperti kebanyakan kereta ekonomi lainnya, pada pagi harinya kereta ini penuh sesak dengan penumpang yang memiliki tujuan yang hampir sama satu sama lain, yaitu stasiun Tanah Abang. Jangan berharap bisa duduk tenang ataupun bisa tidur pulas.
Akupun berdiri berdempet dengan para pengguna kereta lain. Sesak dibuatnya ketika kereta berhenti di suatu peron stasiun. Ketika aku mencoba untuk tidak menubruk dan membuat yang lain merasa terjepit. Tapi, malah sebaliknya. Mereka membiarkan tubuh mereka terhempas kesana-kemari saling menjepit dan bersandar.
Huft.. harus tahan.
Sedikit lega rasanya ketika beberapa dari para penumpang turun lebih dahulu ke stasiun tujuan mereka yang membuat penuh sesak kereta berangsur-angsur kurang. Tentu saja mataku seketika sigap mencari bangku kosong untuk ku duduki sampai akhir stasiun tujuanku. Tapi, sekali lagi hanya harapan. Tak ada yang kosong, kecuali satu. Itupun diduduki oleh pria bertubuh besar dan menduduki bangku berjatah dua orang. Spontan aku mencari aman dan bertahan semoga tubuhku tidak jatuh saat itu juga.
Ditengah rasa kesalku, aku merasa ada yang tatapan yang terus mengamatiku. Aku biarkan saja karena sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan aneh selama ini.
Lho! Aku menarik tanganku dengan cepat karena merasa ada yang mencolekku, tentu saja dengan sengaja. Kaget dan takut. Tapi, itu hanya sekejap saja. Aku menengok dan melihat anak perempuan manis berjilbab menatapku. Lalu dia sigap menunjukan kepadaku bangku kosong yang berada di depannya, yaitu bangku yang tadi ingin aku duduki. Agak ragu dan tak ingin kesana. Tapi, melihat wajah polos memelasnya seakan mengatakan silahkan, membuat tekadku bulat untuk mengatakan permisi kepada pria besar tadi. Awalnya ia tak menyingkir. Namun, kusodorakan kata permisiku dan tas beratku yang mungkin mengenai pundaknya. Terima kasih yaa allah, ia menyingkir walau hanya sedikit.
Kuhembuskan nafas lelah dan dengan susah payah memindahkan tas gendongku menuju pangkuanku. Lagi-lagi ada tatapan yang tak berani kutengoki. Namun, sepertinya aku tau apa maksud tatapan yang ada di sudut mati sebelah kanan mataku. Seperti orang-orang di hadapanku yang melihatku yang mungkin penuh dengan penyesalan atau rasa iba. Entahlah. Aku tidak tahu isi pikiran mereka.
Aku memberanikan diri untuk menengok ke tatapan yang dari tadi terus menatapku. Pemilik tatapan tersebut ternyata adalah tatapan anak perempuan tadi. Oh, dia pergi bersama ibunya. Lalu di sebelahnya ada pria yang melihatku namun membuang mukanya dengan panik setelahnya. Tatapanku kembali ke anak perempuan tadi.
...
Beberapa detik wajah kami saling pandang. Aku senyum padanya. Bagiku itu senyum paksa ucapan terima kasih. Dia membalas senyum balik padaku. Senyumnya terlalu polos dan manis. Seakan dia telah menolong dunia. Senyum paitku berubah menjadi senyum bahagia. Aku meluruskan kepalaku tanpa sadar senyumku tadi masih melekat. Orang-orang disekitarku mungkin melihat kejadian itu.
Karena itu, kehidupan yang tadinya putih abu-abu, menjadi warna orange yang terang :) .
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Beranjaklah keluar dan tersenyumlah pada mentari. Katakan padanya 'aku ingin dunia bahagia hari ini'. Akan kubuat yang lain tersenyum. Membantu yang lain belajar senyum ikhlas yang manis"
Hari ini aku memberi kejutan tentang link perpustakaan baru pada teman-temanku. Syukurlah mereka senang :D
Oyasumi :)
Izzaty Amalia,
No comments:
Post a Comment
Hai _\(^w^) selamat datang di "Earth Notes", catatan dunia tersimpan dalam satu blog. Alias blog gado-gado hehe. Enjoy it :D